Kalalah
جَابِرًا يَقُولُ مَرِضْتُ فَأَتَانِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُنِي هُوَ وَأَبُو بَكْرٍ مَاشِيَيْنِ وَقَدْ أُغْمِيَ عَلَيَّ فَلَمْ أُكَلِّمْهُ فَتَوَضَّأَ وَصَبَّهُ عَلَيَّ فَأَفَقْتُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ أَصْنَعُ فِي مَالِي وَلِي أَخَوَاتٌ قَالَ فَنَزَلَتْ آيَةُ الْمَوَارِيثِ { يَسْتَفْتُونَكَ قُلْ اللَّهُ يُفْتِيكُمْ فِي الْكَلَالَةِ }
. Dari Jabir, dia berkata: Aku jatuh sakit lalu Rasulullah bersama Abu Bakar menjengukku dengan berjalan kaki, saat itu aku tak sadarkan diri maka aku tidak berbicara kepadanya. Rasulullah kemudian berwudhu dan menyiratkan air wudhunya kepadaku, maka aku pun tersadar. Aku kemudian berkata, "Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan dengan hartaku, karena aku hanya mempunyai saudara perempuan." Lalu turunlah ayat waris, "Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, 'Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak'." (Qs. An-Nisaa" [4]: 176) (Shahih: Muttafaq 'Alaih)
Orang yang Tidak Mempunyai Anak dan Mempunyai Saudara-Saudara Perempuan
عَنْ جَابِرٍ قَالَ اشْتَكَيْتُ وَعِنْدِي سَبْعُ أَخَوَاتٍ فَدَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَفَخَ فِي وَجْهِي فَأَفَقْتُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَا أُوصِي لِأَخَوَاتِي بِالثُّلُثِ قَالَ أَحْسِنْ قُلْتُ الشَّطْرُ قَالَ أَحْسِنْ ثُمَّ خَرَجَ وَتَرَكَنِي فَقَالَ يَا جَابِرُ لَا أُرَاكَ مَيِّتًا مِنْ وَجَعِكَ هَذَا وَإِنَّ اللَّهَ قَدْ أَنْزَلَ فَبَيَّنَ الَّذِي لِأَخَوَاتِكَ فَجَعَلَ لَهُنَّ الثُّلُثَيْنِ قَالَ فَكَانَ جَابِرٌ يَقُولُ أُنْزِلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ فِيَّ { يَسْتَفْتُونَكَ قُلْ اللَّهُ يُفْتِيكُمْ فِي الْكَلَالَةِ }
. Dari Jabir, dia berkata: Aku sedang sakit dan aku mempunyai tujuh saudara perempuan! Rasulullah lalu menjengukku dan meniup wajahku, maka aku terbangun. Aku kemudian berkata, "Wahai Rasulullah, apakah aku harus berwasiat kepada saudara-saudara perempuanku dengan sepertiga hartaku?" Rasulullah bersabda, "Berbuat baiklah" Aku berkata, "Apakah dengan separuhnya?" Rasulullah bersabda, "Berbuat baiklah" Rasulullah lalu keluar dan meninggalkanku sambil bersabda, "Wahai Jabir, aku tidak melihat kamu akan mati sebab penyakitmu ini, dan sesungguhnya Allah telah menurunkan ayat dan menjelaskan perihal saudara-saudara perempuanmu itu, maka Allah memberikan dua pertiga bagian untuk mereka."
Jabir berkata: Ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan diriku, "Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, 'Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak'." (Qs. An-Nisaa' [4]: 176) (Shahih)
عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ آخِرُ آيَةٍ نَزَلَتْ فِي الْكَلَالَةِ { يَسْتَفْتُونَكَ قُلْ اللَّهُ يُفْتِيكُمْ فِي الْكَلَالَةِ }
. Dari Barra' bin 'Azib, dia berkata: Ayat yang terakhir turun adalah ayat tentang kalalah." "Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, 'Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak'." (Qs. An-Nisaa' [4]: 176) (Shahih: Muttafaq 'Alaih)
عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ يَسْتَفْتُونَكَ فِي الْكَلَالَةِ فَمَا الْكَلَالَةُ قَالَ تُجْزِيكَ آيَةُ الصَّيْفِ فَقُلْتُ لِأَبِي إِسْحَقَ هُوَ مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَدَعْ وَلَدًا وَلَا وَالِدًا قَالَ كَذَلِكَ ظَنُّوا أَنَّهُ كَذَلِكَ
. Dari Barra' bin Azib, dia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW, lalu berkata, "Orang-orang meminta fatwa kepadamu tentang kalalah. Apakah kalalah itu?" Rasulullah SAW bersabda, "Cukuplah bagimu ayat yang diturunkan pada musim panas (maksudnya surah An-Nisa' [4]: 176)."
Abu Bakar -perawi hadits- berkata: Lalu aku katakan kepada Abu Ishaq, "Apakah kalalah adalah orang yang meninggal tanpa meninggalkan anak dan orang tua?" Dia menjawab, "Orang-orang mengatakan demikian!" (Shahih: Muslim)
Hak Waris Keturunan
عَنْ هُزَيْلِ بْنِ شُرَحْبِيلَ الْأَوْدِيِّ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ وَسَلْمَانَ بْنِ رَبِيعَةَ فَسَأَلَهُمَا عَنْ ابْنَةٍ وَابْنَةِ ابْنٍ وَأُخْتٍ لِأَبٍّ وَأُمٍّ فَقَالَا لِابْنَتِهِ النِّصْفُ وَلِلْأُخْتِ مِنْ الْأَبِ وَالْأُمِّ النِّصْفُ وَلَمْ يُوَرِّثَا ابْنَةَ الِابْنِ شَيْئًا وَأْتِ ابْنَ مَسْعُودٍ فَإِنَّهُ سَيُتَابِعُنَا فَأَتَاهُ الرَّجُلُ فَسَأَلَهُ وَأَخْبَرَهُ بِقَوْلِهِمَا فَقَالَ لَقَدْ ضَلَلْتُ إِذًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُهْتَدِينَ وَلَكِنِّي سَأَقْضِي فِيهَا بِقَضَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِابْنَتِهِ النِّصْفُ وَلِابْنَةِ الِابْنِ سَهْمٌ تَكْمِلَةُ الثُّلُثَيْنِ وَمَا بَقِيَ فَلِلْأُخْتِ مِنْ الْأَبِ وَالْأُمِّ
. Dari Huzail bin Surahbil Al 'Audy, dia berkata: Seorang laki-laki mendatangi Abu Musa Al Asy'ari dan Salman bin Rabiah, kemudian menanyai keduanya tentang seorang anak perempuan, seorang anak perempuan dari anak lelaki (cucu perempuan), dan saudara perempuan sekandung. Keduanya menjawab, "Anak perempuan tersebut mendapat warisan 1/2 bagian, saudara perempuan mendapat warisan 1/2 bagian, dan anak perempuan dari anak lelaki (cucu perempuan) tersebut tidak mendapat bagian. Datangilah Ibnu Mas'ud, dia pasti akan sependapat dengan kami." Laki-laki itu kemudian mendatanginya dan menanyainya, juga memberitahu tentang fatwa Abu Musa Al Asyari dan Salman bin Rabiah. Ibnu Mas'ud pun berkata, "Kalau aku seperti itu maka aku telah sesat dan jauh dari golongan orang-orang yang mendapat hidayah! Aku akan memberi hukum sebagaimana keputusan Rasulullah SAW; anak perempuan tersebut mendapat 1/2 bagian, anak peremuan dari anak lelaki (cucu perempuan) mendapat 1/6 bagian, (untuk menggenapkan 2/3), dan sisanya untuk saudara perempuan sekandung." (Shahih)
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى جِئْنَا امْرَأَةً مِنْ الْأَنْصَارِ فِي الْأَسْوَاقِ فَجَاءَتْ الْمَرْأَةُ بِابْنَتَيْنِ لَهَا فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَاتَانِ بِنْتَا ثَابِتِ بْنِ قَيْسٍ قُتِلَ مَعَكَ يَوْمَ أُحُدٍ وَقَدْ اسْتَفَاءَ عَمُّهُمَا مَالَهُمَا وَمِيرَاثَهُمَا كُلَّهُ فَلَمْ يَدَعْ لَهُمَا مَالًا إِلَّا أَخَذَهُ فَمَا تَرَى يَا رَسُولَ اللَّهِ فَوَاللَّهِ لَا تُنْكَحَانِ أَبَدًا إِلَّا وَلَهُمَا مَالٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْضِي اللَّهُ فِي ذَلِكَ قَالَ وَنَزَلَتْ سُورَةُ النِّسَاءِ { يُوصِيكُمُ اللَّهُ فِي أَوْلَادِكُمْ } الْآيَةَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ادْعُوا لِي الْمَرْأَةَ وَصَاحِبَهَا فَقَالَ لِعَمِّهِمَا أَعْطِهِمَا الثُّلُثَيْنِ وَأَعْطِ أُمَّهُمَا الثُّمُنَ وَمَا بَقِيَ فَلَكَ
. Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata: Kami pergi bersama Rasulullah SAW, hingga ketika di pasar kami bertemu dengan seorang perempuan Anshar bersama dua anak perempuannya. Perempuan itu berkata, "Wahai Rasululah, kedua anak ini adalah anak perempuan Tsabit bin Qais, yang terbunuh ketika menyertaimu dalam perang Uhud. Paman kedua anak tersebut telah mengambil seluruh harta warisan keduanya, hingga tiada yang tersisa sedikit pun. Bagaimana pendapatmu tentang hal ini wahai Rasulullah, sedangkan mereka tidak akan dinikahi oleh seorang pun jika mereka tidak mempunyai harta." Rasulullah bersabda, "Allah menurunkan hukum untuk permasalahan itu." Perawi hadits berkata: Telah turun surah (An-Nisaa" ayat 11), "Allah berwasiat untuk anak-anakmu...". Rasulullah SAW lalu bersabda, "Datangkan kepadaku perempuan itu dan orang yang bersangkutan (pamannya)." Beliau kemudian berkata kepada paman kedua anak perempuan tersebut, "Berikan 2/3 kepada keduanya, 1/8 kepada ibunya, dan sisanya untukmu." (Hasan)
Penyebutan nama Tsabit bin Qais dalam hadits tersebut salah, sedangkan yang benar adalah Sa'ad bin Rabi'; seperti dalam riwayat yang berikutnya.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ امْرَأَةَ سَعْدِ بْنِ الرَّبِيعِ قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ سَعْدًا هَلَكَ وَتَرَكَ ابْنَتَيْنِ وَسَاقَ نَحْوَهُ
. Dari Jabir bin Abdullah: Istri Sa'ad bin Rabi' berkata, "Wahai Rasulullah, Sa'ad meninggal dunia dan meninggalkan dua anak perempuan... lalu Jabir menuturkan hadits seperti tadi.
أَنَّ مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ وَرَّثَ أُخْتًا وَابْنَةً فَجَعَلَ لِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا النِّصْفَ وَهُوَ بِالْيَمَنِ وَنَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَئِذٍ حَيٌّ
. Dari Muadz bin Jabal: Dia memberikan bagian warisan kepada seorang saudara perempuan dan anak perempuan, masing-masing 1/2 bagian. Saat itu dia sedang berada di Yaman dan kala itu Rasulullah masih hidup. (Shahih)
Hak Warisan Kakek
أَنْ عُمَرَ قَالَ أَيُّكُمْ يَعْلَمُ مَا وَرَّثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْجَدَّ فَقَالَ مَعْقِلُ بْنُ يَسَارٍ أَنَا وَرَّثَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السُّدُسَ قَالَ مَعَ مَنْ قَالَ لَا أَدْرِي قَالَ لَا دَرَيْتَ فَمَا تُغْنِي إِذًا
. Dari Umar, dia bertanya, "Adakah di antara kalian yang tahu cara Rasulullah memberikan bagian warisan untuk kakek?" Ma'qil bin Yasar berkata, "Aku tahu Rasulullah memberikan 1/6 bagian. Umar bertanya lagi, "Bersama siapa si kakek saat itu?" Ma'qil menjawab, "Aku tidak tahu." Umar lalu berkata, "Kamu tidak tahu, kalau begitu apa gunanya?" {Shahih: Muttafaq 'Alaih)
Hak Waris Ashabah
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْسِمْ الْمَالَ بَيْنَ أَهْلِ الْفَرَائِضِ عَلَى كِتَابِ اللَّهِ فَمَا تَرَكَتْ الْفَرَائِضُ فَلِأَوْلَى ذَكَرٍ
. Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Bagilah harta warisan di antara (orang) yang berhak mendapat bagian sesuai ketentuan kitab Allah, dan jika ada sisanya maka diperuntukkan bagi laki-laki yang paling utama." (Shahih: Muttafaq 'Alaih)
Hak Waris Dzawil Arham
عَنْ الْمِقْدَامِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَرَكَ كَلًّا فَإِلَيَّ وَرُبَّمَا قَالَ إِلَى اللَّهِ وَإِلَى رَسُولِهِ وَمَنْ تَرَكَ مَالًا فَلِوَرَثَتِهِ وَأَنَا وَارِثُ مَنْ لَا وَارِثَ لَهُ أَعْقِلُ لَهُ وَأَرِثُهُ وَالْخَالُ وَارِثُ مَنْ لَا وَارِثَ لَهُ يَعْقِلُ عَنْهُ وَيَرِثُهُ
. Dari Miqdam, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang meninggalkan tanggungan keluarga maka aku yang akan menanggungnya —atau mungkin: Allah dan Rasul-Nya yang akan menanggungnya— dan siapa yang meninggalkan harta maka diperuntukkan bagi ahli warisnya. Aku adalah pewaris orang yang tidak punya ahli waris. Aku yang menanggung denda (diyat) dan mewarisinya. Paman dari ibu adalah pewaris orang yang tidak punya ahli waris, dia menanggung denda dan mewarisinya." (Hasan Shahih)
عَنْ الْمِقْدَامِ الْكِنْدِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا أَوْلَى بِكُلِّ مُؤْمِنٍ مِنْ نَفْسِهِ فَمَنْ تَرَكَ دَيْنًا أَوْ ضَيْعَةً فَإِلَيَّ وَمَنْ تَرَكَ مَالًا فَلِوَرَثَتِهِ وَأَنَا مَوْلَى مَنْ لَا مَوْلَى لَهُ أَرِثُ مَالَهُ وَأَفُكُّ عَانَهُ وَالْخَالُ مَوْلَى مَنْ لَا مَوْلَى لَهُ يَرِثُ مَالَهُ وَيَفُكُّ عَانَهُ
. Dari Miqdam Al Kindi, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Aku lebih berhak atas diri orang mukmin daripada dirinya sendiri. Barangsiapa meninggalkan utang atau keluarga maka akulah yang akan menanggungnya, dan barangsiapa meninggalkan harta maka untuk ahli warisnya. Aku adalah wali bagi orang yang tidak mempunyai wali; aku mewarisi hartanya dan aku menyelesaikan permasalahannya. Paman dari ibu adalah wali bagi orang yang tidak punya ahli waris; dialah yang mewarisi hartanya dan menyelesaikan permasalahannya." (Shahih)
عَنْ صَالِحِ بْنِ يَحْيَى بْنِ الْمِقْدَامِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَنَا وَارِثُ مَنْ لَا وَارِثَ لَهُ أَفُكُّ عَانِيَهُ وَأَرِثُ مَالَهُ وَالْخَالُ وَارِثُ مَنْ لَا وَارِثَ لَهُ يَفُكُّ عَانِيَهُ وَيَرِثُ مَالَهُ
. Dari Miqdam Al Kindi, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Aku adalah pewaris orang yang tidak punya ahli waris, akulah yang akan membebaskan tawanannya dan mewarisi hartanya. Saudara ibu adalah pewaris orang yang tidak punya ahli waris; dialah yang akan membebaskan tawanannya dan mewarisi hartanya." {Hasan Shahih)
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ مَوْلًى لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَاتَ وَتَرَكَ شَيْئًا وَلَمْ يَدَعْ وَلَدًا وَلَا حَمِيمًا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْطُوا مِيرَاثَهُ رَجُلًا مِنْ أَهْلِ قَرْيَتِهِ قَالَ أَبُو دَاوُد وَحَدِيثُ سُفْيَانَ أَتَمُّ و قَالَ مُسَدَّدٌ قَالَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَاهُنَا أَحَدٌ مَنْ أَهْلِ أَرْضِهِ قَالُوا نَعَمْ قَالَ فَأَعْطُوهُ مِيرَاثَهُ
. Dari Aisyah: Seorang budak Rasulullah SAW meninggal dunia dan meninggalkan sesuatu, namun tidak meninggalkan seorang anakpun, serta tidak mempunyai kerabat dekat; maka Rasulullah bersabda, "Berikanlah warisannya kepada orang yang satu desa dengannya."
Dalam riwayat lain dikatakan: Rasulullah SAW lalu bersabda, "Adakah orang yang sekampung denganya?" Orang-orang menjawab, "Ada, wahai Rasulullah." Rasulullah pun bersabda, "Berikan warisan itu kepadanya (Shahih)
Hak Waris Anak dari Sumpah Li'an
مَكْحُولٌ قَالَ جَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِيرَاثَ ابْنِ الْمُلَاعَنَةِ لِأُمِّهِ وَلِوَرَثَتِهَا مِنْ بَعْدِهَا
. Dari Makhul, dia berkata: Rasulullah SAW memberikan hak waris anak dari sumpah li'an kepada ibunya dan para ahli waris setelah ibunya tersebut. (Shahih)
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَهُ
. Dari Abdullah bin Amru bin Al Ash, dari Rasulullah... sebagaimana hadits tadi. (Shahih)
Apakah Seorang Muslim Mewarisi Harta Orang Kafir?
عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَرِثُ الْمُسْلِمُ الْكَافِرَ وَلَا الْكَافِرُ الْمُسْلِمَ
. Dari Usamah bin Zaid, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, "Seorang muslim tidak bisa mewarisi (harta) orang kafir dan orang kafir tidak bisa mewarisi (harta) orang muslim." (Shahih: Muttafaq 'Alaih)
عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ تَنْزِلُ غَدًا فِي حِجَّتِهِ قَالَ وَهَلْ تَرَكَ لَنَا عَقِيلٌ مَنْزِلًا ثُمَّ قَالَ نَحْنُ نَازِلُونَ بِخَيْفِ بَنِي كِنَانَةَ حَيْثُ تَقَاسَمَتْ قُرَيْشٌ عَلَى الْكُفْرِ يَعْنِي الْمُحَصَّبِ وَذَاكَ أَنَّ بَنِي كِنَانَةَ حَالَفَتْ قُرَيْشًا عَلَى بَنِي هَاشِمٍ أَنْ لَا يُنَاكِحُوهُمْ وَلَا يُبَايِعُوهُمْ وَلَا يُؤْوُوهُمْ.
قَالَ الزُّهْرِيُّ وَالْخَيْفُ الْوَادِي
. Dari Usamah bin Zaid, dia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, dimanakah engkau bertempat tinggal nanti dalam haji?" Beliau bersabda, "Adakah tempat yang disediakan untuk kita (dari Aqil)?" Beliau bersabda, "Kita akan bertempat tinggal di lembah milik Bani Kinanah, tempat kaum Quraisy bersumpah untuk kekafiran." Yaitu Al Muhashab, tempat Bani Kinanah menyumpahi orang Quraisy untuk tidak berhubungan dengan Bani Hasyim dalam hal pernikahan, jual-beli, dan tempat berteduh. (Shahih: Muttafaq 'Alaih)
Az-Zuhri berkata: Al Khaifa dalah lembah.
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْروٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَتَوَارَثُ أَهْلُ مِلَّتَيْنِ شَتَّى
. Dari Abdullah bin Amru, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Tidak boleh saling mewarisi antara dua pemeluk agama yang berbeda" (Hasan Shahih)
Hak Warisan Orang yang Masuk Islam
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ قَسْمٍ قُسِمَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَهُوَ عَلَى مَا قُسِمَ لَهُ وَكُلُّ قَسْمٍ أَدْرَكَهُ الْإِسْلَامُ فَهُوَ عَلَى قَسْمِ الْإِسْلَامِ
. Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Nabi bersabda, "Tiap-tiap bagian yang telah didapatkan pada masa jahiliyah maka biarlah demikian, sedangkan tiap-tiap bagian pada masa Islam harus menurut ketentuan Islam" (Shahih)
Wala
عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ أَرَادَتْ أَنْ تَشْتَرِيَ جَارِيَةً تَعْتِقُهَا فَقَالَ أَهْلُهَا نَبِيعُكِهَا عَلَى أَنَّ وَلَاءَهَا لَنَا فَذَكَرَتْ عَائِشَةُ ذَاكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَا يَمْنَعُكِ ذَلِكَ فَإِنَّ الْوَلَاءَ لِمَنْ أَعْتَقَ
. Dari Ibnu Umar: Ummul Mukminin Aisyah ingin membeli seorang budak perempuan untuk dimerdekakan. Pemiliknya berkata, "Kami menjualnya kepada Anda asalkan hak wala'nya ada pada kami." Aisyah lalu mengadukan hal itu kepada Rasulullah SAW, maka beliau bersabda, "Hal itu tak menjadi apa bagimu (maksudnya syarat seperti itu membatalkan jual beli, karena hak wala' diperuntukkan bagi orang yang memerdekakannya." (Shahih: Muttafaq 'Alaih)
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْوَلَاءُ لِمَنْ أَعْطَى الثَّمَنَ وَوَلِيَ النِّعْمَةَ
. Dari Aisyah, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Wala' adalah hak bagi orang yang membayar harga budak dan memberikan kenikmatan baginya." {Shahih: Muttafaq 'Alaih)
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ رِئَابَ بْنَ حُذَيْفَةَ تَزَوَّجَ امْرَأَةً فَوَلَدَتْ لَهُ ثَلَاثَةَ غِلْمَةٍ فَمَاتَتْ أُمُّهُمْ فَوَرَّثُوهَا رِبَاعَهَا وَوَلَاءَ مَوَالِيهَا وَكَانَ عَمْرُو بْنُ الْعَاصِ عَصَبَةَ بَنِيهَا فَأَخْرَجَهُمْ إِلَى الشَّامِ فَمَاتُوا فَقَدَّمَ عَمْرُو بْنُ الْعَاصِ وَمَاتَ مَوْلًى لَهَا وَتَرَكَ مَالًا لَهُ فَخَاصَمَهُ إِخْوَتُهَا إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ عُمَرُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَحْرَزَ الْوَلَدُ أَوْ الْوَالِدُ فَهُوَ لِعَصَبَتِهِ مَنْ كَانَ قَالَ فَكَتَبَ لَهُ كِتَابًا فِيهِ شَهَادَةُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ وَزَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ وَرَجُلٍ آخَرَ فَلَمَّا اسْتُخْلِفَ عَبْدُ الْمَلِكِ اخْتَصَمُوا إِلَى هِشَامِ بْنِ إِسْمَعِيلَ أَوْ إِلَى إِسْمَعِيلَ بْنِ هِشَامٍ فَرَفَعَهُمْ إِلَى عَبْدِ الْمَلِكِ فَقَالَ هَذَا مِنْ الْقَضَاءِ الَّذِي مَا كُنْتُ أَرَاهُ قَالَ فَقَضَى لَنَا بِكِتَابِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَنَحْنُ فِيهِ إِلَى السَّاعَةِ
. Dari Abdullah bin Amru bin Al Ash: RTab bin Khudzaifah menikahi seorang perempuan, kemudian perempuan tersebut melahirkan tiga anak, lalu perempuan tersebut meninggal dunia. Orang-orang kemudian membagi warisan rumahnya, hak wala' budak-budaknya. Saat itu Amru bin Al Ash adalah ashabah dari anak-anak perempuan tersebut. Orang-orang lalu mengasingkan anak-anak itu menuju Syam dan mereka meninggal dunia di sana, maka Amru mendatanginya. Saat itu juga budaknya ada yang meninggal dunia dan meninggalkan harta. Saudara-saudara perempuan tersebut kemudian mengadukan hal itu kepada Umar bin Khaththab, maka dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Apa pun yang dimiliki seorang anak atau orang tua, semua itu diperuntukkan bagi ashabahnya'."
Perawi hadits mengatakan: "Dia lalu menulis surat dengan kesaksian dari Abdurrahman bin Auf, Zaid bin Tsabit, dan orang lain. Pada masa Abdul Malik menjadi khalifah, orang-orang mengadukan permasalahan yang sama kepada Hisyam bin Ismail -atau mungkin Ismail bin Hisyam- lalu orang-orang mengangkat permasalahan itu pada Abdul Malik, maka dia pun berkata, "Hal ini merupakan permasalahan yang tidak aku ketahui, maka kami akan menghukuminya dengan (hukum yang tertera di dalam) surat Umar bin Khaththab." (Hasan)
Orang yang Masuk Islam Melalui Perantara
عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ أَنَّهُ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَقَالَ يَزِيدُ إِنَّ تَمِيمًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا السُّنَّةُ فِي الرَّجُلِ يُسْلِمُ عَلَى يَدَيْ الرَّجُلِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ قَالَ هُوَ أَوْلَى النَّاسِ بِمَحْيَاهُ وَمَمَاتِهِ
. Dari Tamim Ad-Dary, dia bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah hukum tentang orang yang masuk Islam di tangan seorang muslim?" Rasulullah SAW bersabda, "Orang muslim tersebut adalah (orang) yang paling berhak atas hidup dan matinya." (Hasan Shahih)
Menjual Wala
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ بَيْعِ الْوَلَاءِ وَعَنْ هِبَتِهِ
. Dari Ibnu Umar, dia berkata, "Rasulullah SAW melarang menjual dan menghibahkan wala'." (Shahih)
Bayi yang Menangis ketika Dilahirkan kemudian Meninggal
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا اسْتَهَلَّ الْمَوْلُودُ وُرِّثَ
. Dari Abu Hurairah: Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang bayi sudah menangis ketika dilahirkan, maka ia berhak atas warisan." (Shahih)
Penghapusan Hukum Waris Berdasarkan Ikatan Perjanjian dengan Hukum Waris Berdasarkan Hubungan Kekerabatan
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ { وَالَّذِينَ عَاقَدَتْ أَيْمَانُكُمْ فَآتُوهُمْ نَصِيبَهُمْ } كَانَ الرَّجُلُ يُحَالِفُ الرَّجُلَ لَيْسَ بَيْنَهُمَا نَسَبٌ فَيَرِثُ أَحَدُهُمَا الْآخَرَ فَنَسَخَ ذَلِكَ الْأَنْفَالُ فَقَالَ تَعَالَى { وَأُولُو الْأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ }
. Dari Ibnu Abbas, dia berkata tentang ayat, "Dan orang-orang yang mengikat janji dengan kalian semua, maka berikanlah bagian-bagian mereka" (Qs. An-Nisaa" [4]: 33): Dulu seseorang yang bersumpah kepada orang lain, sedangkan di antara keduanya tidak ada hubungan nasab (kerabat), dapat mewarisi harta orang tersebut (begitu pula sebaliknya). Tetapi ayat tersebut kemudian dihapus dengan surah Al Anfaal, ayat 75 "Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (dari pada yang bukan kerabat). " (Hasan Shahih)
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى { وَالَّذِينَ عَاقَدَتْ أَيْمَانُكُمْ فَآتُوهُمْ نَصِيبَهُمْ } قَالَ كَانَ الْمُهَاجِرُونَ حِينَ قَدِمُوا الْمَدِينَةَ تُوَرَّثُ الْأَنْصَارَ دُونَ ذَوِي رَحِمِهِ لِلْأُخُوَّةِ الَّتِي آخَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَهُمْ فَلَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ { وَلِكُلٍّ جَعَلْنَا مَوَالِيَ مِمَّا تَرَكَ } قَالَ نَسَخَتْهَا { وَالَّذِينَ عَقَدَتْ أَيْمَانُكُمْ فَآتُوهُمْ نَصِيبَهُمْ } مِنْ النَّصْرِ وَالنَّصِيحَةِ وَالرِّفَادَةِ وَيُوصِي لَهُ وَقَدْ ذَهَبَ الْمِيرَاثُ
. Dari Ibnu Abbas, tentang ayat, "Dan (jika ada) orang-orang yang kamu telah bersumpah setia dengan mereka, maka berilah kepada mereka bagiannya." (Qs. An-Nisaa" [4]: 33) berkata: Kaum Muhajirin ketika sampai ke Madinah, mendapat warisan dari para kaum Anshar, sedangkan saudara-saudara mereka tidak, hal itu karena tali persaudaraan yang diikatkan oleh Rasulullah SAW di antara mereka ketika turun ayat, "Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu bapak dan karib kerabat. Kami jadikan pewaris-pewarisnya." (Qs. An-Nisaa' [4]: 33) Tetapi ayat tersebut dihapus dan diganti dengan ayat, "Dan (jika ada) orang-orang yang kamu telah bersumpah setia dengan mereka, maka berilah kepada mereka bagiannya. " (Qs. An-Nisaa' [4]: 33) Maksudnya, yaitu berupa pertolongan, nasihat-menasihati, dan wasiat, sedangkan tentang saling mewarisi sudah dihilangkan. (Shahih: Bukhari)
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ { وَالَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا } { وَالَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يُهَاجِرُوا } فَكَانَ الْأَعْرَابِيُّ لَا يَرِثُ الْمُهَاجِرَ وَلَا يَرِثُهُ الْمُهَاجِرُ فَنَسَخَتْهَا فَقَالَ { وَأُولُو الْأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ }
. Dari Ibnu Abbas, tentang ayat, ''''Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah. " (Qs. Al Anfaal [8]: 74) "Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah." (Al Anfaal [8]: 72): Orang Arab Badui tidak bisa mewarisi orang yang berhijrah (Al Muhajir) dan dia tidak boleh diwarisi oleh orang yang berhijrah. Tetapi ayat tersebut dinasakh dengan ayat, "Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain persaudaraan lebih berhak (waris mewarisi). " (Qs. Al Ahzaab [33]: 6) (Hasan Shahih)
Membuat Perjanjian
عَنْ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا حِلْفَ فِي الْإِسْلَامِ وَأَيُّمَا حِلْفٍ كَانَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ لَمْ يَزِدْهُ الْإِسْلَامُ إِلَّا شِدَّةً
. Dari Jubair bin Muth'im, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada perjanjian yang membuat kerusakan dalam Islam. Adapun perjanjian untuk kebaikan pada masa jahiliyah, Islam akan menjaganya dengan kuat" (Shahih: Muslim)
أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ حَالَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ فِي دَارِنَا فَقِيلَ لَهُ أَلَيْسَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا حِلْفَ فِي الْإِسْلَامِ فَقَالَ حَالَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ فِي دَارِنَا مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا
. Dari Anas bin Malik, dia berkata: Rasulullah SAW mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar di negeri kami. Lalu dikatakan kepadaku, Bukankah Rasulullah bersabda, 'Tidak ada perjanjian jahiliyah dalam Islam! Aku berkata, "Rasulullah SAW mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar di negeri kami." Aku berkata seperti itu sebanyak dua atau tiga kali. (Shahih: Muttafaq 'Alaih)
Wanita yang Mewarisi Denda Pembunuhan yang Dilakukan Suaminya
عَنْ سَعِيدٍ قَالَ كَانَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ يَقُولُ الدِّيَةُ لِلْعَاقِلَةِ وَلَا تَرِثُ الْمَرْأَةُ مِنْ دِيَةِ زَوْجِهَا شَيْئًا حَتَّى قَالَ لَهُ الضَّحَّاكُ بْنُ سُفْيَانَ كَتَبَ إِلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أُوَرِّثَ امْرَأَةَ أَشْيَمَ الضِّبَابِيِّ مِنْ دِيَةِ زَوْجِهَا فَرَجَعَ عُمَرُ
عَنْ سَعِيدٍ وَقَالَ فِيهِ وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَعْمَلَهُ عَلَى الْأَعْرَابِ
. Dari Sa'id: Umar bin Khaththab pernah berkata: Denda pembunuhan adalah untuk 'aqilah (keluarga dekat yang menanggung diyatnya) Seorang perempuan tidak berhak sedikit pun atas denda pembunuhan (yang dilakukan) suaminya." Ad-Dhahhak bin Sufyan lalu berkata kepadanya, "Rasulullah SAW pernah menyurati kami untuk memberikan warisan berupa denda pembunuhan yang dilakukan suaminya kepada seorang perempuan." Umar pun mencabut kata-katanya tadi.
Dalam riwayat lain: Rasulullah melakukan hal itu kepada seorang Arab Badui. {Shahih)